Suatu pagi saya mengantar anak sekolah sebagai kewajiban dari seorang ortu, kebetulan sekolahnya tidak jauh dari Kuta, kurang lebih 15 menit dari kediaman kami. Berangkat pagi tentu akan terhindar dari kemacetan yang saat ini menghantui Kota Denpasar dan sekitarnya. Jika terlambat sedikit saja, jalanan akan macet karena warga Kota Denpasar akan bergegas berangkat menuju tempat kerja masing-masing, baik menuju hotel, restaurant, maupun kantoran. Suasana pagi kisaran pukul 06:30 sangat sejuk dan lalu lintas pun cukup lancar. Mobil-mobil dan sepeda motor dapat melaju dengan kecepatan sedang. Kami pun berangkat dengan santai dan hati-hati di jalan. Sudah kelihatan pula beberapa mobil travel baik minivan maupun bus bergegas menjemput ke hotel tempat wisatawan menginap, mungkin akan diajak darma wisata atau tour . Sebelum berangkat mengantar wisatawan ke tempat wisata tujuan, tentunya para sopir akan membeli bahan bakar (BBM) di SPBU sebelum tiba di hotel.

Kebetulan kami mengantar anak dengan kendaraan mobil pribadi, sambil melaju mendekat SPBU, kami singgah untuk mengisi BBM karena memang kondisi tangki dalam posisi rest (hampir habis). Kami pun ikut antre di salah satu SPBU. Sambil menunggu giliran, kami iseng melihat situasi di sekitar dari dalam mobil bersama anak, kami pun cerita tentang bisnis mobil angkutan pariwisata baik mobil kecil seperti MPV maupun bisnis mobil bus atau mobil besar, karena memang sesuai dengan bisnis yang kami geluti sekarang, jasa sewa mobil pariwisata. Dan saat bersamaan pula ada bus yang mengisi solar, sopir bus ada di dalam bus sambil menunggu kernetnya yang sedang membukakan tutup tangki BBM. Sambil menunggu beberapa menit, sang kernet kemudian menutup tangki BBM karena sudah selesai isi BBM.

Ada pemandangan ganjil yang kami lihat di sini, sang kernet memberi uang Rp.15.000 kepada petugas operator dan petugas operator memberikan struk pembelian BBM kepada sang kernet yang didapatkan bukan dari printer atau cetak langsung atas pembelian BBM.

Setelah kami mendapat gilirian mengisi BBM, kami pun melaju sambil bercerita dan diskusi mengenai bisnis transportasi atau sewa mobil sepanjang perjalanan sebelum sampai di sekolah. Bisnis sewa mobil atau rental mobil memang bisnis gampang-gampang susah, harus dijalani dengan hati-hati dan sangat memperhitungkan resiko usaha, baik resiko di jalan maupun resiko penyusutan dan yang tak kalah pentingnya mengelola SDM salah satunya sopir. Mencari karyawan sopir gampang-gampang susah. Gampang disini karena orang yang bisa nyetir banyak dan alias tidak sulit mencari. Pernah kami membuka lowongan kerja sopir dan iklannya dimuat di media cetak local. Orang yang menelpon untuk melamar sangat banyak. Dari sekian orang yang melamar, memang semua mengaku bisa nyetir namun setelah ditanya mobil apa yang pernah dikemudikan, ada yang bilang bawa truk angkutan barang, mobil cargo, sebagai sopir pribadi dan lainnya. Susahnya, kita sangat sulit mencari sopir yang memiliki latar belakang pendidikan pariwisata atau pernah kerja di sektor pariwisata. Karena memang yang kita cari adalah sopir pariwisata untuk melayani transportasi wisata, baik tour atau tamasya, penjemputan tamu dari airport antar ke hotel, charter mobil seharian dan kegiatan lainnya. Pekerjaannya melayani orang, harus memiliki tata krama dan disiplin dan tingkat kejujuran tinggi yang tak boleh ditawar.

Melihat pemandangan tadi tentang sang kernet, kami bercerita mengenai BBM, dimana BBM merupakan komponen penting dalam bisnis jasa rental mobil.

Ada beberapa kemungkinan resiko yang bisa dialami berhubungan dengan BBM, seperti:

Jika anda berprofesi sebagai sopir membaca blog kami ini, mungkin pernah melakukan atau mengalami kejadian diatas, akan senyun-senyum sendiri. Namun, bagi sesama pelaku usaha jasa sewa mobil, ini menjadi tantangan yang dihadapi demi kelangsungan usaha rental mobil.